Korea Utara Disalahkan atas Pencurian Kripto Jepang

Korea Utara Disalahkan atas Pencurian Kripto Jepang

Berita Akihabara — Peretas asal Korea Utara dituduh melakukan pencurian besar-besaran di DMM Bitcoin, bursa mata uang kripto terkemuka di Jepang. Tuduhan ini muncul setelah penyelidikan ekstensif yang melibatkan lembaga penegak hukum Jepang dan AS, termasuk FBI dan Badan Kepolisian Nasional Jepang.

DMM Bitcoin, bagian dari grup DMM – konglomerat yang terkenal dengan beragam layanan mulai dari konten online hingga e-commerce – telah melaporkan penarikan tidak sah sekitar US$308 juta dalam bentuk Bitcoin pada bulan Mei. Pencurian ini bukan hanya merupakan pukulan finansial tetapi juga serangan siber yang mengeksploitasi kerentanan pada infrastruktur DMM, yang menyebabkan transfer tidak sah lebih dari 4.500 BTC pada saat itu.

Para peretas, yang diidentifikasi sebagai bagian dari kelompok yang didukung negara Korea Utara yang dikenal sebagai TraderTraitor, menggunakan metode canggih untuk menembus sistem DMM. Mereka dilaporkan memulai kontak dengan seorang karyawan Ginco, sebuah perusahaan yang mengelola dompet kripto DMM Bitcoin, melalui profil perekrut LinkedIn palsu. Taktik rekayasa sosial ini memungkinkan para peretas menginfeksi sistem karyawan dengan malware, lalu mereka memanipulasi permintaan transaksi yang sah untuk melakukan pencurian.

Para pejabat menggambarkan operasi tersebut sebagai bagian dari pola yang lebih luas di mana Korea Utara menggunakan serangan siber untuk mendanai program senjata nuklirnya, untuk menghindari sanksi internasional. Insiden ini menambah daftar pelaku siber Korea Utara yang diduga mencuri sekitar US$1,3 miliar mata uang kripto secara global pada tahun 2024 saja.

Metode yang digunakan dalam serangan ini melibatkan intersepsi dan perubahan rincian transaksi, yang menunjukkan sifat ancaman dunia maya yang terus berkembang.

Mata uang kripto, atau kripto, mengacu pada mata uang digital atau virtual yang menggunakan kriptografi untuk keamanan, sehingga sulit untuk dipalsukan atau dibelanjakan ganda. Namun, setelah dicuri, aset-aset ini dapat dicuci melalui berbagai cara, termasuk mentransfernya ke dompet yang tidak dapat dilacak atau menggunakan mixer untuk mengaburkan asal-usulnya.

Menanggapi pencurian tersebut, DMM Bitcoin mendapatkan 55 miliar yen (US$360 juta) dari grup perusahaan untuk menutupi kerugian, memastikan tidak ada kerugian finansial bagi pelanggannya. Namun, bursa tersebut mengumumkan akan menutup bisnisnya, menyerahkan akun pelanggan dan aset ke bursa lain, menyoroti dampak parah kejahatan dunia maya terhadap bisnis.

Insiden ini menghidupkan kembali diskusi mengenai keamanan siber di industri kripto, dengan seruan untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan dan kerja sama internasional untuk memerangi ancaman siber yang disponsori negara. Jepang, yang terkenal dengan peraturan ketatnya terhadap mata uang kripto setelah peretasan tingkat tinggi sebelumnya, kemungkinan akan memperketat pengawasannya lebih lanjut sebagai respons terhadap pelanggaran ini, dengan menekankan perlunya keamanan digital yang kuat di dunia mata uang kripto yang terus berkembang.

Artikel Terkait FinTech Terbaru

Binance Crypto Exchange Diluncurkan Kembali di Jepang

Nomura Meluncurkan Platform Perdagangan Kripto

Tempat Cryptocurrency di Masa Depan yang Ramah Lingkungan

PayPal Menghadirkan FinTech Unicorn Jepang

Perbankan Pengenalan Wajah

faceflame.us
foxsportsslive.us
generalsite.us
healthhost.us
ivanpitbull.us
newmoonpools.us
optimalwell.us
photobusiness.us
serenesoul.us
towerscloud.us
transferhealth.us
visionaryhub.us
wellnesswhisper.us